TEORI KONSELING

Pengertian Konseling

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseling dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseling dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).

Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

Teori Konseling

Teori Eksistensial-Humanistik

a. Pengertian Eksitensial-Humanistik

Teori Eksistensial-Humanistik pada hakikatnya mempercayai  bahwa individu memiliki potensi untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Teori ini sangat menekankan tentang kebebasan yang bertanggung jawab. Jadi, individu diberikan kebebasan seluas – luasnya dalam melakukan tindakan, tetapi harus berani bertanggung jawab sekalipun menanggung resioko bagi dirinya.

b. Konsep dasar Eksistensial-Humanistik

Pandangan eksistensial akan sifat manuisa ini sebagian dikontrol oleh pendapat bahwa signifikan dari keberadaan kita ini tidak pernah tetap, melainkan kita secara terus-menerus mengubah diri sendiri melalui proyek –proyek kita. Manusia adalah makhluk yang selalu dalam keadaan transisi, berkembang membentuk diri dan menjadi sesuatu. Menjadi seseorang berarti pula bahwa kita menemukan sesuatu dan menjadikan keberadaan kita sebagai sesuatu yang wajar.

c. Tujuan Eksistensial-Humanistik

  • Menyajikan kondisi – kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan
  • Menghpus penghambat – penghaambat aktualisasi potensi pribadi. Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri
  • Membantu klien agar bebas dan bertanggungjawab atas arah kehidupan sendiri

d. Peran dan Fungsi Konselor

Menurut Buhler dan Allen (dikutip dari Corey,2009), seorang ahli psikologi humanistis harus memiliki orientasi bersama yang mencakup hal – hal berikut :

–          Menyadari pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi

–          Menyadari peran dan tanggung jawab konselor

–          Mengakui adanya hubungan timbal balik dalam hubungan konseling

–          Konselor harus terlibat sebagai pribadi yang menyeluruh dengan klien

–          Mengakui bahwa keputusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien

–          Memandang konselor sebagai model yang dapat menunjukkan pada klien potensi                   bagi tindakan yang kreatif dan positif

–          Memberi kebebasan pada klien serta meningkatkan kebebasan klien

e. Teknik – Teknik Konseling

Tekinik – teknik yang digunakan dalam konseling Eksistensial-Humanistik, yaitu :

–          Penerimaan

–          Rasa hormat

–          Memahami

–          Menentramkan

–          Member dorongan

–          Pertanyaan terbatas

–          Memantulkan pernyataan dan perasaan klien

–          Menunjukkan sikap yang mencerminkan ikut merasakan apa yang dirasakan klien

–          Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna.

 Teori Analisis Transaksional

a. Pengertian Analisis Transaksional

Teori Analisis Tansaksional (transactional analysis)  merupakan teori yang dapat digunakan pada seting individual maupun kelompok.Teori ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang dengan jelas menyebuttkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selain itu juga memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh konseli untuk menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru. Analisis transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian.

Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbale balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang.

b. Konsep Dasar Analisis Transaksional

Teori Analisis Transaksional memiliki asumsi dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego state yang dipilihnya, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang di dalamnya turut melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil, setiap orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisisi hidup.

Teori ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian, dan berorientasi pada meningkatnya kesadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.

c. Tujuan Konseling

Tujuan utama konseling Analisis Transaksional adalah membantu konseli untuk membuat keputusan baru tentang tingkah lakusekarang dan arah hidupnya. Individu memperoleh kesadaran tentang bagaimana kebebasannya terkekang karena keputusan awal tentang posisi hidup, dan belajar untuk menentukan arah hidup yang lebih baik.

Tujuan khususnya adalah :

o   Konselor membantu konseli untuk memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi pada saat yang tepat

o   Konseli dibantu untuk menganalisis transaksi dirinya sendiri

o   Konseli dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri dalam memilih apa yang diinginkan

o   Konseli dibantu untuk mengkaji keputusan salah yang dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran

d. Peran dan fungsi konselor

Menurut Harris (1967) peran konselor adalah sebagai guru, pelatih dan penyelamatdengan terlibat secara penuh dengan konseli (p.239 dalam Corey, 1986,p.159).Konselor juga membantu konseli menemukan kondisi – kondisi yang tidak menguntungkan di masa lalu dan mengeembangkan strategi  untuk mengatasinya (Corey,1986,p.159)

Konselor membantu konseli menemukan kekuatan internalnya untuk berubah dengan membuat keputusan yang sesuai sekarang (Goouling dan Goulding,1978 dalam Corey,1986,p.159)

e. Teknik – Teknik Konseling

Teknik – teknik konseling analisis transaksional banyak menggunakan teknik – teknik pendekatan Gestalt.

1)      Metode Didaktik (Didactic Methods)

Karena analisis transaksional menekankan pada domain kognitif, prosedur mengajar dan belajar merupakan dasar dari teori ini

2)      Kursi Kosong (Empty Chair)

Teknik ini merupakan adopsi dari teori Gestalt. Teknik ini biasanya digunakan untuk structural analysis. McNeel (1976) mendeskripsikan bahwa teknik yang menggunakan dua kursi ini merupakan cara yang efektif untuk membantu konseli mengatasi konflik masa lalu dengan orang tua atau orang lain pada masa kecil. Tujuan teknik ini adalah untuk menyelesaikan unfinished business masa lalu (Corey,1986,p.164).

3)      Bermain peran (Role Playing)

Bermain peran ( role play ) biasanya digunakan dalam konseling kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota kelompok lain dapat berperan sebagai ego state yang bermasalah dengan konseli. Dalam kegiatan ini konseli berlatih dengan anggota kelompok untuk beringkah laku sesuai dengan apa yang akan di uji coba di dunia nyata.

4)      Penokohan Keluarga ( Family Modeling )

Family modeling adalah teori untuk melakukan structural analysis, yang pada umumnya berguna untuk menghadapi constant parent, constant adult atau constant child.

5)      Analisis Ritual dan Waktu Luang ( Analysis of Rituals and Pastime )

Analisis transaksi termasuk di dalamnya adalah identifikasi ritual dan mengisi wakyu luang (pastime) yang digunakan dalam structuring of time.

Teori Behavioral

a. Pengertian Behavioral

Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Sama halnya dengan psikoanalisa, behaviorisme juga merupakan aliran yang revosilusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filsuf dan ilmuwan sebelum Watson dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan – gagasan  megenai penekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistik dan materialistis, suatu pendekatan yang menjadi cirri utama dari behaviorisme.

Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia pada dasrnya tidak memiliki bakat apa- apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.

b. Konsep Dasar Behavioral

Salah satu studi yang paling perkembangan pendekatan behavioral adalah studi yang dilakukan oleh Watson dan Rayner (1920) yang menggunakan anak sebagai subyek tentang rasa takut yang dipelajari (conditioned).

Teori behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling.

Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.

c. Tujuan Konseling Behavioral

Menurut Corey (2003: 202  ) menyatakan bahwa tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi – kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned). Secara umum tujuan konseling behavioral adalah :

  • Menciptakan kondisi baru pembelajar
  • Menghapus tingkah laku non adaktif untuk digantikan perilaku yang adaptif
  • Meningkatkan personality choice

d. Peran dan fungsi konselor

Peran konselor dalam konseling behavioral adalah berperan aktif, direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan individu. Konselor behavioral berfungsi sebagai guru, pengarah dan para ahli yang mendiagnosa tingkah laku yang  maladaptive dan menentukn prosedur yang mengatasi persoalan tingkah laku individu.

e. Teknik – Teknik Konseling

Lesmana (2005) membagi teknik terapi behavioristik dalam dua bagian yaitu :

  1. Teknik – teknik Tingkah Laku Umum

–          Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika tingkah laku baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien. Misalnya : klien yang mengalami kesulitan membaca akan diberikan pujian secara terus – menerus bila berhasil membaca. Tetapi setelah ia dapat membaca, pemberian pujian harus dikurangi

–          Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru secara bertahap. Konselor dapat membagi – bagi tingkah laku yang ingin dicapai dalam beberapa unit, kemudian mempelajarinya dalam unit – unit kecil.

–          Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku maladaptive tidak berulang. Ini didasarkan pada pandangan bahwa individu tidak akan bersedia melakukan sesuatu apabila tidak mendapatkan keuntungan.

  1. Teknik – teknik Spesifik

–          Desensitiasi sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan. Teknik ini diarahkan kepada klien untuk menampilkan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan. Desensitiasi sistematik melibatkan teknik relaksasi di mana klien diminta untuk meggambarkan situasi yang paling menimbulkan kecemasan sampai titik dimana klien tidak merasa cemas.

–          Pelatihan asetivitas adalah teknik yang mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif dan asertif. Teknik ini dapat membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri di hadapan orang lain.

–          Time Out merupakan teknik averszif yang sangat ringan. Apabila tingkah laku yang tidak diharapkan muncul, maka klien akan dipisahkan dari penguatan positif. Time out akan lebih efektif bila dilakykan dalam waktu singkat.

–          Implosion dan flooding. Teknik implosion mengarahkan klien untuk membayangkan situasi stimulus yang mengancam  secara berulang – ulang. Sementara flooding , menurut Corey (2009) merupakan teknik dimana terjadi pemunculan stimulus yang menghasilkan kecemasan secara berulang – ulang tanpa pemberian penguatan.

Teori Terapi Berpusat pada Klien (Client-Centered)

a. Pengertian Teori Berpusat pada klien ( Client-Centered)

Client-Centered Therapy sering juga sering disebut psikoterapi non directive yaitu suatu meode perwatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan klien, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri klien yang ideal) dengan acual self (diri klien sesuai kenyataan yang sebenarnya)

b. Konsep Dasar

Teori person-centered dibangun atas dua hipotesis dasar, yaitu :

(1)    Setiap orang memiliki kapasitas untuk memahami keadaan yang menyebabkan ketidakbahagiaan dan mengatur kembali kehidupannya menjadi lebih baik

(2)    Kemampuan seseorang untuk menghadapi keadaan ini dapat terjadi dan ditingkatkan jika konselor menciptakan kehangatan, penerimaan, dan dapat memahami relasi (proses konseling) yang sedang dibangun

c. Tujuan Konseling

Konseling person centered bertujuan membantu konseli menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat komunikasi konseling, di mana konselor mendudukkan konseli sebagai orang yang berharga, orang yang penting, dan orang yang memiliki potensi positif dengan penerimaan tanpa syarat, yaitu menerima konseli apa adanya.

d. Peran dan Fungsi  Konselor

Kemampuan konselor dalam membangun hubungan interpersonal dalam proses komunikasi konseling merupakan elemen kunci keberhasilan konseling. Dalam proses konseling, konselor berperan mempertahankan tiga kondisi inti yang menghadirkan iklim kondusif untuk mendorong terjadinya perubahan terapeutik dan perkembangan konseli.

e. Teknik – Teknik Konseling

Corey (1995) mengatakan bahwa konselor harus memperlihatkan berbagai keterampilan interpersoanal yang dibutuhkan dalam proses konseling. Keterampilan – keterampilan tersebut antara lain :

(1)      Mendengar Aktif

(2)      Mengulang kembali (Restating/Paraphrasing)

(3)      Memperjelas (Clarifyng)

(4)      Menyimpulkan (Summarizing)

(5)      Bertanya (Questioning)

(6)      Menginterpretasi (Interpreting)

(7)      Mengkonfrontasi (Confronting)

(8)      Merefleksikan Perasaan (Reflecting Feeling)

(9)      Memberikan dukungan (Supporting)

(10)  Berempati (Empathizing)

Teori Realitas

a. Pengertian Teori Ralitas

Teori realitas dikembangkan oleh William Glasser, seorang psikolog dari California. Ciri yang sangat khas dari teori ini adalah tidak terpaku pada kejadian – kejadian masa lalu, tetapi mendorong konseli untuk menghadapi realitas. Teori ini juga tidak member perhatian pada motif – motif bawah sadar sebagaimana pandangan kaum psikoanalisis. Akan tetai, lebbih menekankan pada pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab dengan merencanakan dan melakukan tindakan – tindakan tersebut.

b. Konsep dasar Teori Realitas

Pada dasarnya setiap individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, di mana kebutuhan bersifat universal pada semua individu, sementara keinginan bersifat unik bagi setiap individu.

Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu keadaan di mana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya. Konsep tersebut adalah responsibility (tanggungjawab),  Reality (kenyataan), Right (kebenaran).

c. Tujuan Konseling

Layanan Konseling ini bertujuan untuk membantu konseli mencapai identitas berhasil. Konseli yang mengetahui identitasnya, akan mengetahui langkah – langkah apa yang akan ia lakukan di masa yang kan dating dengan segala konsekuensinya. Bersama – sama konselor, konseli dihadapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu menhadapi realitas.

d. Peran dan fungsi Konselor

Fungsi konselor dalam pendekatan realitas adalah melibatkan diri dengan konseli, bersikap direktif dan didaktik, yaitu berperan seperti guru yang mengarahkan dan dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli mampu menghadapi kenyataan. Di sini, terapis sebagai fasilitator yang membantu konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.

e. Teknik – Teknik Realitas

Adapun focus utama teknik realitas adalah mengembangkan kekuatan potensi klien untuk mencapai keberhasilannya dalam hidup. Menurut corey (2009), teknik – teknik yang dapat dilakukan berupa :

  • Terlibat dalam permainan peran dengan klien
  • Menggunakan humor
  • Memfrontasikan klien dan menolak alas an apapun dari klien
  • Membantu klien merumuskan rencana tindakan secara spesifik
  • Bertindak sebagai guru/model
  • Memasang batas – batas dan menyusun situasi terapi
  • Menggunakan terapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis

 

Kesimpulan

Konseling merupakan interaksi antara dua orang dimana konselor dan klien. Klien dapat menceritakan keluh kesah/ masalah yang sedang dihadapinya dan konseler memberikan yang mana klien dapat memechkan masalahnya sendiri dengan arahan si konseler. Hubungan konseling ini biasanya bersifat individual. Konseling juga tidak hanya mengenai cara menyelesaikan masalah tetapi juga dapat membantu untuk memahami diri sendiri dengan potensi yang dimilikinya.

Teori Konseling

Teori Eksistensial-Humanistik

Teori ini menekankan tentang kebebasan yang bertanggung jawab. Individu memiliki potensi secara aktif memilih dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri. Individu diberi kebebasan yang seluas-luasnya dalam bertindak tetapi harus tetap bertanggung jawab dan menanggung resiko apa yang telah ia kerjakan/ia mulai. Teknik yang digunakan yaitu memahami klien, menentramkan, memberi dorongan dll.

Teori Analisis Transaksional

Teori ini memfokuskan pada pengambilan keputusan diawal yang di lakukan klien yang dapat membuat keputusan baru dan merubah arah hidupnya. Klien memiliki kapasitas untuk membuat keputusan baru dan konselor dapat merubah arah hidup klien yang klien memiliki sikap terkekang oleh semisal orang tua. Klien memperoleh kesadaran dari belajar untuk hidup bebas dan belajar untuk menetukan arah hidup yang lebih baik. Teknik ini menggunakan kursi kosong, bermain peran, penokohan keluarga dll.

Teori Behavioral

Teori ini bertujuan untuk merubah perilaku seperti contoh dari yang takut berbicara di depan umum menjadi tidak takut untuk berbicara di depan umum, kecemasan yang belebihan. Behavioral memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia pada dasarnya tidak memeilki bakat apa-apa. Konselor bertugas sebagai guru/ pengarah.

Teori Terapi Berpusat pada Klien (Client-Centered)

Metode perwatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan klien, agar tercapai gambaran yang serasi antara diri klien yang ideal dengan diri klien sesuai kenyataan yang sebenarnya. Bertujuan membantu klien menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat komunikasi konseling.

Teori Realitas

Teori ini adalah tidak terpaku pada kejadian – kejadian masa lalu, tetapi mendorong klien untuk menghadapi realitas. Bertujuan untuk membantu klien mencapai identitas berhasil. Klien yang mengetahui identitasnya, akan mengetahui langkah – langkah apa yang akan ia lakukan di masa yang akan datang dengan segala konsekuensinya. Bersama dengan konselor, klien dihadapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu mengadapi realitas.

 

Sumber :

http://makalah-bimbingan-konseling.blogspot.co.id/2014/11/makalah-teori-teori-konseling.html

http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-konseling-apa-itu-konseling.html

http://www.informasiahli.com/2015/08/pengertian-konseling-menurut-para-ahli.html

http://www.sabda.org/c3i/jenis_bentuk_konseling

http://menzour.blogspot.co.id/2016/11/makalah-teori-teori-konseling.html

Tinggalkan komentar